BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 16 November 2009

Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Basa

 


Praktikum Kimia


“Titrasi Asam Kuat vs Basa Kuat”


 



Disusun Oleh :

Anisa Dewi Ratnaningtyas
XI IA 4 /04




 






Sma negeri 1 kebumen

2008

PRAKTIKUM KIMIA

I. Judul
Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat.

II. Tujuan
Mengetahui kemolaran larutan HCl dengan menggunakan larutan basa kuat.

III. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Ada dua cara umum untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa:
1. Memakai pH meter.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada saat itulah titrasi dihentikan.
Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna dan saat itu juga titrasi dihentikan. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat digunakan indikator Fenolftalein (trayek pH 8,3-10) karena kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini titik akhir pH>7 dan perubahan warna pada titik akhit titrasi adalah merah.
Untuk mengetahui kemolaran asam kuat (HCl) dapat diketahui setelah mengetahui volum basa kuat (KOH) yang berkurang sampai titik akhir titrasi (reaksi dihentikan). Pada saat titik ekivalen mol basa kuat akan sama dengan mol asam kuat, sehingga kemolaran asam kuat dapat dicari.

IV. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Statif dan klem
2. Erlenmeyer 
3. Biuret 
4. Corong 
5. Pipet tetes 
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Kapas
 Bahan :
1. HCl 20 mL 
2. NaOH 0,1 M 50 mL
3. KOH 0,1 M 100 mL
4. Fenolftalein (PP)

V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Masukkan 20 mL larutan HCl ke dalam gelas ukur.
3. Tuangkan 20 mL larutan HCl tersebut ke dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan tiga tetes indikator Fenolftalein (PP) ke dalam larutan HCl tersebut.
5. Masukkan 50 mL larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan gelas kimia ke dalam biuret setelah memastikan biuret sudah terpasang dengan baik pada klem dan telah terpasang corong pada biuret untuk memudahkan penuangan NaOH 0,1 M ke dalam biuret.
6. Perguakan pipet tetes saat skala pada biuret hampir mencapai angka nol, dan pastikan bagian meniskus cekung yang bawah (NaOH 0,1 M) tepat pada angka nol biuret.
7. Menetesi larutan HCl dengan NaOH 0,1 M. Penetesan dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan yaitu tetes demi tetes dan erlenmeyer terus menerus diguncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap pada larutan HCl yaitu merah muda.
8. Mencatat volum NaOH 0,1 M pada biuret yang berkurang (bereksi dengan larutan HCl).
9. Ulangi prosedur di atas menggunakan larutan KOH 0,1 M (disaring menggunakan kapas saat dituang ke dalam biuret) untuk menggantikan NaOH 0,1 M sebanyak dua kali dengan indikator fenolftalein (PP) lima tetes.

VI. Data
No Asam kuat Basa Kuat
 Nama
Larutan Volum yang
digunakan Nama
Larutan Volum awal pada biuret Volum akhir pada biuret Volum yang digunakan
1 HCl 20 mL NaOH 0,1 M 50 mL 15 mL 35 mL
2 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 29 mL 21 mL
3 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 33 mL 17 mL

VII. Analisis Data
 Volum rerata basa kuat yang digunakan adalah
  
 Keterangan:
 Pada percobaan pertama volum NaOH 0,1 M yang digunakan sebanyak 35 mL. Jika dibandingkan dengan volum yang digunakan KOH 0,1 M pada percobaan kedua dan ketiga, volum NaOH memiliki selisih yang cukup jauh, sehingga dalam menghitung rerata volum yang digunakan oleh larutan basa kuat, percobaan pertama dianggap tidak ada (tidak dihitung).

 Jumlah mol KOH 0,1 M yang digunakan adalah
n KOH = M . V 
  = 0,1.19
  = 1,9 mmol 
  = 0,0019 mol

 KOH(aq) + HCl(aq)  KCl(aq) + H O(l)
  0,1 M x M
  19 mL 20 mL

n KOH = 0,0019 mol
koefisien KOH = koefisien HCl, maka
n HCl = n KOH
  = 0,0019 mol

 M HCl =  
  =  
  = 0,095 M 

 Kemolaran HCl yang sebenarnya yaitu 0,1 M dan seharusnya volum KOH yang berkurang pada biuret sebanyak 20 mL. Sedangkan dalam percobaan didapat bahwa perhitungan rerata volum KOH yang berkurang sebanyak 19 mL, sehingga didapat kemolaran HCl adalah 0,095 M. Hal ini terjadi karena kurang telitinya mata dalam membedakan warna yang permanen (tetap) pada titik akhir titrasi.



VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kemolaran larutan HCl adalah 0,095 M.

IX. Daftar Pustaka
  Michael Purba. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga

 Parning dan Horale. 2004. Kimia 2B. Jakarta: Yudhistira

_____. 2008. Titrasi Asam Basa (online). (www.belajarkimia.com, diakses Kamis, 26 Februari 2009 pukul 20.00 WIB)

_____. 2008. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat (online). (www.ico.web.id, diakses Jumat, 27 Februari 2009 pukul 19.30 WIB)

0 komentar: